Monday, August 27, 2007

Perdagangan Karbon

Mengenal Politik-Ekonomi Perubahan Iklim
(draft kasar)
[1]
Kebijakan internasional tentang iklim bicara soal apa?[i]
Komentar para pakar

Konvensi tentang Kerangka-kerja Perubahan Iklim (UN-FCCC) tahun 1992 'tidak menegosiasikan reduksi emisi gas rumah kaca sebagai hal utama' tetapi lebih sebagai 'bagian dari tawar menawar yang lebih luas antara negara-negara utara dan selatan, yang berkompetisi pada kepentingan atas energi dan kepemerintahan yang dihadapkan dengan masalah-masalah ekonomi yang bertumbuh, mengembangkan investasi di masa datang akan semakin penting tetapi menjadi lebih sulit. (Sonja Boehmer-Christiansen, 1994).

Akan lebih tepat menjelaskan elemen-elemen prinsip dalam kebijakan iklim pada aras nasional dan internasional jika mengasumsikan bahwa yang mendorong negara-negara dan perusahaan-perusahaan yang memimpin (perundingan kebijakan iklim) adalah kepentingan untuk menciptakan tempat-tempat akumulasi kapital baru, dibandingkan berfokus pada pertumbuhan agregat PDB dan dampak kebijakan iklim pada PDB (Karine Mathews dan Matthew Patterson, 2005).

Mendirikan rejim global dalam rangka mengatasi perubahan iklim setara dengan menciptakan rejim perdagangan internasional di bawah World Trade Organisation (WTO). (Michael Zammit Cutajar, ex Executive Secretary of UNFCCC, 1994).

Penerimaan atas (perdagangan karbon dalam Protokol Kyoto) menggambarkan pasal-pasal kepercayaan, kepercayaan atas perdagangan bebas dan kepercayaan atas proses globalisasi. Semuanya berdiri pada satu sikap ideologi. (Mick Kelly, Unit Riset Klimatik -Climatic Research Unit, University of East Anglia, 2000).

Apa itu perdagangan Karbon

Ada dua jenis perdagangan karbon. Pertama adalah perdagangan emisi (emission trading). Yang kedua adalah perdagangan kredit berbasis proyek (trading in project based credit). Seringkali dua kategori tersebut disatukan menjadi sistem perdagangan hibrida.

Perdagangan Emisi
Seandainya anda memiliki 2 perusahaan, A dan B. Masing-masing mengeluarkan emisi karbondioksida 100.000 ton tiap tahun.

Pemerintah ingin perusahaan-perusahaan menurunkan emisinya hingga 5 persen. Masing-masing perusahaan memiliki hak atau diperbolehkan untuk mengemisi 95,000 ton tahun ini. Setiap perusahaan harus mengurangi emisi 5000 ton atau membeli hak mengemisi sebesar 5000 ton dari orang lain.

Harga pasar hak emisi adalah 10 USD per ton. Perusahaan A dapat mereduksi emisinya dengan biaya separuh dari harga beli hak emisi per ton-nya. Jadi sangat masuk akal bagi perusahaan A mereduksi emisinya hingga 10.000 ton: jika perusahaan A juga menjual 5000 ton karbon (untuk 50,000 $) perusahaan A dapat menutupi seluruh pengeluarannya.

Sementara perusahaan B, mereduksi emisi jauh lebih mahal. Mengurangi emisi setiap ton emisi perlu biaya 15$. Jadi perusahaan B memutuskan untuk tidak mengurangi emisi, tetapi membeli 5000 ton surplus hak emisi yang ditawarkan perusahaan A. Jika perusahaan B mengurangi emisinya, dia akan mengeluarkan biaya 75,000 $. Tetapi jika perusahaan B membeli kelebihan hak emisi perusahaan A, dia hanya mengeluarkan 50,000 $. Jadi perusahaan B menghemat 25,000 $ dari pembelian hak emisi.

Kedua perusahaan tersebut menghemat 25,000 $ dari yang seharusnya dikeluarkan tanpa perdagangan. Jika hanya terdapat dua perusahaan, artinya sektor bisnis dalam satu negara berhasil memenuhi ketentuan yang diatur dalam regulasi. Tetapi dengan mendistribusikan reduksi pada seluruh sektor privat dalam satu negara akan menghabiskan biaya kurang dari 50,000 $.

Beberapa skema perdagangan emisi membolehkan perusahaan menyimpan surplus dari hak emisi untuk kepentingan mereka di tahun-tahun mendatang dibanding menjualnya.

Perdagangan emisi sering disebut-sebut sebagai 'cap-and-trade'.

Perdagangan kredit berbasis proyek.

Seandainya 2 perusahaan yang sama, A dan B, masing-masing mengemisi 100,000 ton karbondioksida per tahun. Lagi-lagi, pemerintah ingin agar mereka mengurangi emisi hingga 5 persen, jadi masing-masing perusahaan dibolehkan membuang karbondioksida sebesar 95,000 ton.

Tetapi sekarang, pemerintah mengatakan pada masing-masing perusahaan bahwa jika mereka tidak ingin mengurangi emisinya 5000 ton pertahun, mereka memiliki pilihan lain. Mereka dapat melakukan investasi di luar negeri pada proyek-proyek yang dapat mereduksi karbon hingga 5000 ton atau hingga 5000 ton. Proyek-proyek tersebut dapat berupa menanam tanaman yang dapat memproduksi biofuel yang dapat digunakan sebagai pengganti minyak; memasang mesin pada sebuah perusahaan kimia untuk menghancurkan gas rumah kaca; membakar metan yang keluar dari tambang batu bara atau dari pembuangan sampah, sehingga gas metan ini tidak terlepas ke atmosfer; atau membangun sebuah pembangkit listrik tenaga angin. Harga kredit dari masing-masing proyek adalah 4$ karena rendahnya biaya buruh, asumsi perusahaan kotor, dan subsidi pemerintah maupun Bank Dunia yang menutupi sebagain dari biaya pengembangan proyek dan perhitungan berapa karbon ekuivalen yang dapat disimpan.

Pada situasi ini, akan masuk akal bagi perusahaan A maupun B untuk membeli kredit di luar negeri dibanding mengurangi emisi mereka sendiri. Perusahaan A menghemat 5000 $ dengan membeli kredit proyek di luar negeri dibanding mengurangi emisi mereka sendiri. Perusahan B bahkan menghemat hingga 55.000 $. Total penghematan yang harus mereka dapat adalah 60.000 $.

Nama lain dari perdagangan kredit berbasis proyek termasuk “baseline and credit” dan “off-set” trading.

Perdagangan karbon hibrida(hybrid carbon trading)

Sejumlah perdagangan polusi hanya menggunakan sistem perdagangan emisi (emission trading). Sistem hibrida menggunakan keduanya, perdagangan emisi dan off-set trading, dan berupaya menciptakan “hak emisi” dapat dipertukarkan dengan project-based credit.

Pasar sulfur dioksida AS hanya menggunakan perdagangan emisi. Tetapi baik Protokol Kyoto maupun Sistem perdagangan emisi Uni Eropa (EU Emission Trading System) mencampurkan sistem “cap-and-trade” dengan project based credit dan mencoba membuat keduanya dapat diperdagangkan (dipertukarkan).

Sistem-sistem ini cukup kompleks. Bukan hanya karena sistem perdagangan karbon cukup silit untuk menciptakan 'kredit' yang kredibel dan membuanya setara dengan 'hak emisi'. Percampuran keduanya juga merubah ekonomi.

Sebagai contoh, bayangkan jika perusahaan A dan B diatas diperbolehkan memilih 3 opsi dalam setiap kombinasi; mengurangi emisi, saling memperdagangkan hak emisi, atau membeli kredit di luar negeri.

Untuk perusahaan B opsi terbaik adalah lagi-lagi; memilih membeli 20.000$ kredit di luar negeri dibanding menghabiskan 75.000$ mengurangi emisi.

Untuk perusahaan A opsi terbaik adalah mengurangi emisi hingga 10.000 ton jika mendapatkan pembeli yang mau membayar 10$ per ton dari kebolehan emisi tersisa. Atau sebagai gantinya membeli kredit 20.000$ untuk proyek di luar negeri, perusahaan A tidak perlu mengeluarkan apa pun.

Sayangnya untuk perusahaan A, dia tidak dapat menemukan pembeli. Jika perusahaan B dapat menghemat 5000 $ untuk membeli kredit di luar, perusahaan B tidak akan membeli sisa hak emisi perusahaan A. Tetapi perusahaan B hanyalah satu perusahaan lain alam skema perdagangan emisi. Jadi tanpa perusahaan B sebagai pembeli, tidak ada keuntungan apapun bagi perusahaan A untuk mengurangi emisi dan akan jauh lebih menguntungkan bagi A untuk membeli kredit di luar negeri.

Perdagangan Polusi (Pollution Trading)
Dalam protokol Kyoto para negara-negara pencemar menyepakati target pengurangan emisi hingga masa tertentu sebelum Protokol Kyoto. Para pembuat polusi diberikan sejumlah “kredit emisi” yang setara dengan tingkat emisi mereka tahun 1990 dikurangi dengan komitmen target pengurangan emisi. Kredit ini diukur dalam unit gas rumah kaca, jadi satu ton CO2 setara dengan satu kredit. Kredit ini adalah lisensi untuk mengotori udara untuk mencapai reduksi rata-rata 5.2 % seperti yang disepakati di Kyoto. Negara-negara kemudian dapat mengalokasikan kuota kredit pada basis wilayah negara, terutama dengan cara “grandfathering”, jadi semakin besar negara tersebut melakukan polusi semakin besar jatah kreditnya. Sistem ini menganut membayar untuk mencemari.
Sejumlah kemungkinan dari sistem ini:
1. Pencemar tidak menggunakan seluruh hak (kebolehan) mencemari dan dapat menyimpan kredit untuk periode berikutnya (menyimpannya dalam bank), atau menjual kredit kepada pencemar lain di pasar terbuka.
2. Pencemar menggunakan seluruh hak (kebolehan) dalam satu waktu tertentu, dan masih mencemari lebih. Agar tetap mematuhi kuota, sisa kredit harus dibeli dari pencemar lain yang belum menggunakan seluruh hak (kebolehan) mencemarnya.
3. Pencemar dapat melakukan investasi pada skema reduksi polusi di negara lain atau wilayah lain dan dengan demikian mereka mendapat 'kredit' yang dapat dijual, disimpan, atau digunakan untuk memperbesar kebolehan mencemari lebih dari yang diperbolehkan sebelumnya.
Proyek-proyek yang mendapat kredit di satu negara yang tidak diwajibkan mereduksi target (umumnya di negara berkembang, Selatan) menjadi bahasan penting dalam 'Clean Development Mechanism' (CDM). Sejumlah gejala menunjukkan bantuan luar negeri (Overseas Development Aid, ODA) tradisionil akan digunakan untuk mendanai proyek-proyek CDM. Negara-negara kaya akan menanami pohon untuk menyerap polusi mereka sendiri dan tidak lagi membuat sumur bagi orang miskin di negara-negara berkembang. Proyek-proyek yang dilaksanakan di negara-negara dengan target reduksi disebut Joint Implementation (JI). Sebagai contoh pelaksaan JI misalnya; program efisiensi energi di Polandia yang didanai oleh perusahaan Inggris. Tampaknya, proyek-proyek JI akan dilaksanakan di Eropa Timur dan Rusia, dimana reduksi karbon yang setara dengan komitmen serta berbiaya lebih murah dan tentu saja baku mutu aturan yang lebih rendah.
Baik proyek-proyek CDM dan JI dapat berbeda-beda bentuk; mulai dari perkebunan monokultur, yang secara teoritik dapat menyerap karbon dari atmosfer (carbon sinks); proyek-proyek energi terbarukan, pemutakhiran pembangkit energi yang sudah ada; dll. Jumlah kredit yang didapat dari masing-masing proyek dihitung berdasarkan reduksi emisi yang dapat diciptakan dibandingkan dengan emisi yang mungkin terjadi di masa datang jika proyek tidak dilaksanakan. Dengan menggunakan imajinasi atas polusi jika proyek tidak dilakukan, perusahaan pencemar dapat membuat perkiraan polusi yang luar biasa besar jika tidak ada proyek CDM atau JI. Dalam tipu muslihat ini membolehkan jumlah kredit polusi yang tinggi yang dapat didapatkan dari setiap proyek. Perusahaan dibolehkan membuat polusi di wilayah lain, menjual kreditnya pada pencemar lain, atau mengkombinasikan dua taktik menguntungkan ini. Konsekuensi jangka panjang dua skema ini (1) emisi gas rumah kaca yang terus membesar dan (2) meningkatnya keuntungan perusahaan dari produksi mereka.
Masih ada lagi layanan perdagangan emisi yang memperkenalkan peningkatan kompleksitas dan kebingungan; polutan (zat pencemar) dapat dipertukarkan. Efeknya, satu upaya reduksi emisi gas rumah kaca (misalnya karbon dioksida) memungkinkan pencemar mengklaim reduksi gas rumah kaca lain (misalnya metan). Kelihatannya, perdagangan polusi menghasilkan kemajuan dari pembersihan atmosfer tampak berhasil, padahal kerumitan-kerumitan yang ada menunjukkan tidak ada kemajuan sama sekali.

sumber: www.carbontradewatch.org

Carbon Sinks (Penyerapan Karbon)
Sink (penyerapan) mengacu pada penggunaan pohon, tanah, dan laut untuk menyerap karbon dari atmosfer. Kajian ilmiah tentang sink masih belum tuntas dan pasti, tetapi ada semacam konsensus bahwa penampung karbon (carbon storage) sementara seperti pepohonan memiliki daur usia tertentu yang jika habis akan melepas seluruh karbonnya ke atmosfer. Para environmentalis maupun komunitas asli (indigenous community) khawatir penggunaan sink tidak akan memiliki dampak berarti dalam upaya mereduksi pemanasan global. Sementara dampak yang lebih besar bagi rakyat di negara miskin lebih mungkin terjadi. Demi membayar utang, negara-negara miskin akan memilih menjual tanah dan hutan kepada pasar karbon.
Proyek-proyek di Uganda dan Ecuador telah menyingkirkan ribuan komunitas lokal dari hutan akibat privatisasi hutan oleh perusahaan-perusahaan Utara yang dibekingi oleh pemerintah Uganda dan Ecuador. Semua upaya ini berkaitan dengan pengambil alihan skala dunia dengan harga grosir (murah). Logika pengimbangan karbon ini (carbon-offset) menjamin Negara-negara Utara dapat terus mengemisi gas rumah kaca dalam jumlah yang tidak proporsional. Kultur korporasi ini memperbesar jurang ketidaksetaraan antara orang-orang kaya dan orang-orang tidak punya di mana negara Selatan menjadi wilayah pembuangan karbon akibat konsumsi Utara yang berlebihan. Ancaman terhadap masyarakat asli dan petani amat buruk, penghancuran dan hilangnya akses terhadap hutan akan menghancurkan penghidupan mereka. Forum Internasional Masyarakat Asli yang Pertama (The First International Forum Of Indigenous Peoples on Climate Change) menyatakan “sinks (penyerapan) dalam mekanisme CDM akan mengandung strategi skala dunia dalam rangka pengambilalihan tanah-tanah kami.”
sumber: www.carbontradewatch.org

Politik Perubahan Iklim Internasional: Highligths terkini
1990; peringatan dari para ilmuwan, tumbuhnya dukungan internasional agar negara-negara tertentu mengurangi gas emisi gas rumah kaca demi memitigasi (mengatasi) pemanasan global. Amerika Serikat menentang hal ini.

1991; UN Conference on Trade and Development (UNCTAD) menetapkan satu departemen yang mengurusi perdagangan gas rumah kaca.

1992; Konferensi Tingkat Tinggi Bumi (Earth Summit) di Rio de Janeiro menghasilkan Konvensi Kerangka Kerja PBB untuk Perubahan Iklim (UN Framework Convention on Climate Change disingkat UNFCCC) demi mencegah 'pengaruh buruk kegiatan manusia pada sistem iklim bumi'. UNFCCC mengusulkan tetapi tidak mensyaratkan emisi tahun 2000 tidak melampaui emisi tahun 1990.

1994; UNFCCC mulai menguat, ditandatangani 153 negara. Aliansi negara pulau-pulau kecil, dalam upaa mencegah kenaikan muka air laut 20 cm, menuntut pengurangan emisi hingga 80 % dari level saat itu pada tahun 2005. AS dan sekutunya menolak ide pengurangan dan mengatakan lebih murah jika mereka diperkenankan membeli hak untuk mempolusi dari pasar emisi. Sebagian besar negara Uni Eropa, percaya bahwa mereka sudah memiliki usaha-usaha yang berbiaya efektif dengan melakukan reduksi domestik, dan menunjukkan bahwa usulanAS adalah sebuah upaya untuk memperkecil tanggungjawab.

1996: Usulan AS untuk menghindari reduksi dengan membeli ijin membuang dari luar negeri dan meminjam emisi masa depan dikecam oleh Uni Eropa, negara G-77, dan banyak organisasi non pemerintah.

1997: Protokol Kyoto diadopsi, protokol ini mengikat negara-negara industri untuk membatasi emisinya hingga 95% emisi tahun 1990 pada tahun 2008-2012. Tetapi tekanan negara-negara utara, terutama dari AS, membuka peluang yang membolehkan target dipenuhi dengan cara perdagangan global kebolehan (allowance) emisi dan kredit proyek karbon seperti juga pertumbuhan tutupan hutan domestik.

1998: meningkatnya kekhawatiran biaya reduksi emisi domestik dan, berhadapan dengan tekanan industri, ketidakmampuan mencapai kemajuan dalam kebijakan reguler dan pajak, Uni Eropa mulai mengembangkan skema perdagangan emisi internal. Tetapi Uni Eropa mendesak pembatasan pada perdagangan karbon global. Uni Eropa juga menuntut agar keleluasaan mengemisi yang diperoleh dari pembelian hak emisi di luar negeri tidak lebih dari 50 persen target pengurangan emisi. AS menentang setiap pembatasan perdagangan global dan mengancam akan membuat pakta dengan Kanada, Jepang, Australia dan Selandia Baru untuk memenuhi target reduksi dengan membeli kredit emisi tak berarti dari Rusia (kredit dihitung pada tahun 1990 sebelum kolapsnya Uni Soviet) sebagai tahun dasar (baseline-year).

1999: Bank Dunia menyusun Prototype Carbon Fund (PCF) untuk menciptakan kredit murah meriah dari proyek-proyek penyimpanan karbon di negara-negara Selatan yang dapat mengurangi biaya-biaya reduksi karbon di negara-negara Utara. Secara cepat PCF mengundang investasi dari BP, Mitsubishi, dan perusahaan-perusahaan dan negara-negara lain. Asosiasi Perdagangan Karbon internasional, sebuah kelompok lobby korporasi didirikan melalui kerja sama UNCTAD dan World Business Council on Sustainable Development.

2000: Uni Eropa menolak berkompromi atas usulan yang membolehkan kredit terbatas AS untuk hutan penangkap karbon di AS, dan membolehkan AS membeli kredit di luar negeri. Hal ini memberikan peluang AS untuk mencapai 50% penggunaan perdagangan karbon pada target reduksi emisi domestik, dan tidak memberi hukuman pada AS jika gagal memenuhi target apapun. Industrialis Eropa segera bekerja mengganggu oposisi Eropa atas perdagangan karbon tak terbatas. Denmark bereksperimen dengan perdagangan karbondioksida domestik.

2001: AS menarik diri dari Protokol Kyoto. Bebasnya perdagangan karbon dari stigma pengaruh kerasnya pendirian AS, membuat Uni Eropa berbalik arah mendukung penggunaan perdagangan secara ekstensif. Saat itu perimbangan kekuatan atas diratifikasinya Protokol Kyoto dipegang oleh Jepang dan Rusia yang menuntut kredit karbon tambahan untuk hutan domestik. Uni Eropa putus asa jika harus bergantung pada Protokol Kyoto, lagi pula Uni Eropa sudah berkomitmen pada skema perdagangan emisi mereka sendiri dan legislasi tentang iklim, Uni Eropa menyerah. Banyak ORNOP merayakan kesepakatan yang mereka kecam setahun sebelumnya, dan menjustifikasinya sebagai “kompromi yang dibutuhkan”. Sebuah buku aturan tentang CDM (Clean Development Mechanism) dan sejumlah mekanisme perdagangan dibawah Protokol Kyoto diadopsi setelah melalui perjuangan keras, mentutup peluang yang dapat mengganjal pengurangan minimal yang disepakati dalam Protokol.

2003: Negara-negara bagian Timur Laut AS mulai mengembangkan Inisiatif Regional Gas Rumah kaca yang menggunakan perdagangan untuk mengurangi biaya reduksi emisi 10 %g yang diusulkan dari pembangkit listrik.

2004: Uni Eropa menantang keberatan-keberatan ornop dan memutuskan untuk membolehkan negara-negara menggunakan kredit dari proyek karbon di luar Uni Eropa dalam rangka mengurangi target emisi.

2005: Skema Perdagangan Karbon Uni Eropa mendapat dukungan dari ORNOP. Protokol Kyoto menguat setelah diratifikasi oleh Rusia tahun 2004, sekali lagi lewat dukungan ORNOP. Sekarang menjadi nyata bahwa para penandatangan protokol dari negara-negara industri tidak akan mencapai target emisi 2008-2012. Prosedur baru diadopsi untuk mempercepat aliran kredit CDM dalam sistem. Para penandatangan Kyoto 'setuju untuk mendiskusikan' target emisi untuk periode berikutnya paska 2012. Negara-negara tanpa target seperti AS dan China sepakat untuk berdialog tanpa ikatan mengenai peran mereka mengurangi emisi di masa datang. AS mengusulkan kemitraan Asia Pacific untuk Pembangunan Besih dan Iklim untuk melihat upaya-upaya teknologis menghadapi perdagangan global.

2006: Pasar Karbon Uni Eropa berantakan, banyak pemerintah anggota UE memberikan terlalu banyak hak properti bagi tempat pembuangan karbon bumi (earth's carbon dump) yang mestinya komoditas langka. Proyek-proyek yang diharapkan mengalirkan sekitar 420 milyar ton kredit karbondioksida pada tahun 2012 terdaftar pada pertengahan tahun ini, dan menyuntikkan lebih banyak aset pada sistem perdagangan karbon global.

[1]draft ini merupakan terjemahan dari sejumlah sumber seperti buku dan website yang berguna untuk mengenali politik-ekonomi perubahan iklim.
[i]Lohman, et al. “Carbon Trading: a Critical Conversation on Climate Change, Privatisation,, and Power”. Development Dialogue no 48. The Cornerhouse UK, 2006.

2 comments:

Lokamaya said...

More than 700 international scientists dissent over man-made global warming claims. They are now more than 13 times the number of UN scientists (52) who authored the media-hyped IPCC 2007 Summary for Policymakers.

Additionally, more than 31,000 American scientists have signed onto a petition that states, "There is no convincing scientific evidence that human release of carbon dioxide, methane, or other greenhouse gases is causing or will, in the foreseeable future, cause catastrophic heating of the Earth's atmosphere and disruption of the Earth's climate."

Lokamaya said...

that man-made global warming is a dangerous myth. further... that cap-and-trade legislation and global-carbon-tax was the SCAM that would enslave global community

please read "ClimateGate for Dummies" http://www.infowars.com/climategate-for-dummies/

Post a Comment