Wednesday, March 26, 2008

Bali Harus Miliki Pemerintahan Berspektif Lingkungan

Denpasar, Masyarakat Bali berharap banyak kepada Gubernur terpilih pada Pilkada Juli mendatang. Lantas, bagaimana sosok Gubernur Bali harapan warga dari ‘kacamata’ seorang aktivis lingkungan?

Agung Wardana, selaku ketua LSM Walhi Bali, berharap Pilkada Bali nanti bakal melahirkan seorang Gubernur yang memiliki perspektif lingkungan dalam menjalankan pemerintahannya, seiring pesatnya perkembangan industri pariwisata di Bali.

“Harapan saya, Gubernur Bali nantinya harus bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat Bali, tanpa harus mengeksploitasi Bali itu sendiri. Dalam hal ini, kita semua tahu kalau Bali itu bergantung pada sektor pariwisata. Namun yang perlu dipertimbangkan adalah, dampak apa saja yang bisa ditimbulkan oleh industri pariwisata terhadap lingkungan di Bali dan sejauh mana kontribusinya terhadap rakyat Bali,” ujar Agung ketika ditemui di kantornya, Senin (24/3.

Sebagai salah satu pulau yang memiliki pesona budaya dan daya tarik alam, Bali telah menjadi salah satu tujuan wisata dunia dengan angka kunjungan turis yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun, seiring waktu Bali juga mengalami krisis terhadap pasokan sumber daya alam yang dimilikinya karena industri pariwisata yang ikut berkembang.

“Bali dikunjungi satu setengah juta turis per tahunnya. Namun apakah meningkatnya angka kunjungan turis ke Bali tidak mengurangi sumber daya alam Bali yang telah diserap oleh tiga setengah juta penduduknya?. Jangan sampai Bali mengalami pemadaman listrik bergilir, gara-gara pihak hotel ingin tamunya tidur dengan lampu disko,” sentil Agung yang juga aktif mengkampanyekan World Silent Day (Hari Hening Sedunia).

Agung juga menyinggung semakin banyaknya ditemui kasus-kasus eksploitasi terhadap alam dan lingkungan yang terjadi di Bali sebagai ‘tumbal pemerintah’ dalam meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).

“Saya melihat pemerintahan di Bali saat ini ‘antara ada dan tiada’. Eksploitasi dan pengrusakan terhadap alam benar-benar menjadi sebuah tontonan. Saya sebutkan proyek Geothermal, reklamasi Serangan, Loloan Yeh Poh, dan masih banyak lagi proyek-proyek eksploitasi alam yang mengantongi ijin pemerintah,” ujarnya.

“Saya rasa keberhasilan pemerintah sekarang adalah, keberhasilan dalam ‘menjual’ Bali dan sumber daya alam yang dimilikinya,” pungkasnya.
(ags)


www.beritabali.com


Bayi ‘Hening’ Diberikan Pohon


Press release:
Bayi ‘Hening’ Diberikan Pohon

Meski banyak yang mengatakan bahwa kampanye World Silent Day (WSD) 21 Maret 2008 kemarin belum berjalan maksimal, namun Kolaborasi Bali untuk Perubahan Iklim (Kolaborasi Bali) tetap optimis dengan kampanye-nya.

Buktinya, Perwakilan Kolaborasi Bali yakni Beghawan Dwija, Panji Tisna, Hira Jhamtani, Kadek Lisa dan Agung Wardana menindaklanjuti kampanye WSD dengan memberikan bibit pohon kepada 9 bayi yang lahir bertepatan dengan WSD di RSUP Sanglah, Sabtu (22/3/2008) kemarin.

Beghawan Dwija dalam wejangannya kepada ibu dan bapak si bayi mengatakan bahwa “Pemberian bibit kepada bayi ‘Hening’ ini diharapkan menjadi tonggak perubahan budaya dimana bayi yang baru lahir diberikan hadiah pohon.”

Hira Jhamtani menyatakan “bibit pohon berupa delima putih, jambu biji dan majegau ini tidak saja akan menyediakan makanan berupa buah namun juga dapat dijadikan obat bagi bayi.”

“Di tengah mahalnya ongkos dokter dan biaya rumah sakit, pohon yang diberikan ini menjadi obat alternatif. Semoga bisa dirawat dengan baik tanpa pupuk kimia dan diberikan nama sesuai nama si bayi agar kelak dia sadar pentingnya pohon bagi hidup manusia” imbuhnya.

Sementara itu, ketika ditanya tentang berita tentang Hari Hening Dunia sudah gagal, Agung Wardana mengakui ada kekurangan dalam melakukan deseminasi informasi Hari Hening Dunia ini khususnya di lokal.

“Program pemerintah untuk melakukan konversi minyak tanah saja banyak masyarakat yang tidak mengetahuinya, apalagi sebuah program yang ditawarkan oleh NGO yang notebene tidak punya akses politik dan finansial. Walaupun begitu, sebagai sebuah langkah awal, kampanye WSD ini telah mendapatkan apresiasi yang cukup baik dari publik dan kawan-kawan media” ungkapnya.

“Kami dari Kolaborasi mengucapkan banyak terima kasih kepada kawan-kawan jurnalis yang telah membantu menyebarluaskan kampanye ini. Semoga kerja sama yang baik ini dapat berlanjut di tahun berikutnya yang sudah tentu akan lebih ditingkatkan kualitas dan jangkuannya” tambah Direktur WALHI Bali yang menggantikan Ni Nyoman Sri WIdhiyanti ini.

Informasi lebih lanjut:

- Lisa (0818200941)

- Agung Wardana (081916606036)

Monday, March 17, 2008

Jika Bali Rusak, Kami Akan Menyalahkan Generasi Saat Ini



Denpasar - Bayangkan Bali yang kecil ini semakain mengkecil karena pesisirnya rusak, kekeringan akibat hutannya dibabat sehingga tidak ada lagi padi yang dapat dipanen, jika demikian apakah Bali masih layak untuk ditempati?

Pertanyaan ini keluar dari seorang mahasiswa semester 1 di salah satu universitas di Denpasar, Yayuk (18) dalam Konferensi Pers yang dilaksanakan oleh Kolaborasi Bali untuk Perubahan Iklim (Senin, 17/03/08).

Sebagai seorang yang akan mewarisi Bali di masa mendatang, maka memang masuk akal pertanyaan ini diajukan ini kepada para orang tua yang sekarang hidup nyaman dengan menghabiskan sumber daya alam dan energi di pulau ini.

”Suatu hari saya membaca koran yang isinya 2030 Sanur dan Kuta akan Tenggelam akibat perubahan iklim. Mungkin pada tahun itu saya baru nikah dan punya anak, tapi mungkinkah saya akan hidup nyaman jika setiap saat kami dihantui bencana-bencana akibat perubahan iklim yang merupakan hasil dari konsumsi para orang tua saya saat ini” katanya tegas dihadapan hadirin.

Dia juga menambahkan, ”Saya bersama anak lainnya tentu akan menyalahkan generasi saat ini karena tidak mampu mewarisi Bali yang layak huni untuk oleh anak cucu-nya. Kami tidak perlu terlalu banyak gedung tinggi, dan mobil, kami perlu udara bersih, air bersih dan cukup pangan”

Hal yang sama juga disampaikan oleh Dayu (16), seorang siswa salah satu SMA di Denpasar. Dayu dengan tegas meminta tindakan konkrit untuk menyelamatkan Bali dari dampak perubahan iklim dengan jalan melakukan pengurangan konsumsi pada Hari Hening Dunia, hari Jumat 21 Maret 2008 nanti.

”Sebagai langkah awal, saya akan menyebarluaskan kampanye (Hari Hening Dunia/ World Silent Day) ini kepada teman-teman saya di sekolah. Walaupun hanya satu orang hal ini akan sangat berarti bagi alam kita, apalagi orang yang dalam ruangan ini juga ikut bersama menyebarluaskannya kepada masyarakat.”

Dalam konferensi pers tersebut hadir juga perwakilan pemerintah, PHRI Bali, Bali Hotel Association (BHA) Bali dan Ngurah Sudiana dari PHDI Bali yang jugamemberikan dukungannya terhadap kampanye yang telah digagas sebelum KTTPerubahan Iklim, Desember lalu ini.

Selesai konferensi pers anggota Kolaborasi Bali untuk Perubahan Iklim kemudian melakukan kampanye publik dengan membagikan flier dan stiker kampanye di perempatan Catur Muka Denpasar.

Panji Tisna mewakili kolaborasi menyatakan akan melanjutkan kampanye publik ini ke sekolah-sekolah, kampus, bandara dan ruang publik lainnya, sehingga dapat menggalang dukungan masyarakat Bali.

Informasi lebih lanjut:
Agung Wardana (WALHI Bali) 081916606036

Wednesday, March 12, 2008

Bali Collaboration on Climate Change Takes you into a journey of Silence






We ask you to SWITCH OFF ELECTRONIC APPLIANCES FOR FOUR HOURS on 21st March 2008 at 10.00 – 14.00 hours

As a first step towards WORLD SILENT DAY 21 March 2008

You don’t have to be a superhero to tackle climate change. We can reduce green house gas emission by doing nothing!!! Through Silence.

This is inspired by the Nyepi or Silent day practiced by people in Bali for many centuries, even now. For 24 hours people do not travel, work or light the lamps at night.

One Silent Day in Bali is estimated to reduce at least 20,000 tons of CO2, the largest contributor of green house gas.

Please see http://www.worldsilentday.org/.

We invite you to contribute to green house gas reduction by reducing energy consumption on 21 March.

SWITCH OFF YOUR ELECTRONIC APPLIANCES (computer, AC, TV, radio, cell phone, some lamps, etc) FOR 4 HOURS ONLY !!

REMEMBER 21 MARCH!!! GIVE THE EARTH SPACE AND TIME TO BREATHE!!

PLEASE SEND THIS CAMPAIGN SHEET TO OTHERS!!OR YOU CAN FIND YOUR OWN WAY OF SILENCEPLEASE LET US KNOW THE SILENT HOURS THAT YOU UNDERTAKE ON 21 MARCH TO: mysilent@worldsilentday.org

For more information,
please contact: info@worldsilentday.orgwww.worldsilentday.org


Bali Collaboration on Climate Change

Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup (PDLH) IV WALHI Bali 2008

Pertemuan Derah lingkungan Hidup (PDLH) ke VI yang telah dilaksanakan oleh WALHI pada hari senin, 25 Februari 2008 di ruang Marga, Hotel Werda Pura, Sanur dengan menghadirkan lebih dari 60 Undangan yang terdiri dari anggota lembaga dan anggota individu, Sahabat WALHI Bali

Sebelum sidang-sidang dilangsungkan, PDLH dibuka dengan Diskusi yang bertema, "Posisi Strategis NGO untuk Mendorong Pemerintahan Yang Baik dan Pro-Lingkungan". Adapun pembicaranya antara lain: Juniartha (jurnalis), DR.Phil. Aryana (akademisi), Arjaya (Politisi) yang dipandu oleh Anton Muhajir.

Diskusi berkembang untuk mendorong WALHI menjadi organisasi yang didukung oleh basis yang kuat sehingga bisa melakukan advokasi dengan lebih efektif.

Kemudian acara dilanjutkan dengan Sidang-sidang PDLH VI WALHI Bali 2008 dengan agenda Pertanggung jawaban Direktur Eksekutif dan Dewan Daerah WALHI Bali 2003-2008, penetapan anggota baru WALHI Bali, yakni anggota lembaga Bali Santi Tabanan dan 11 orang anggota individu.

Puncak acara yang ditunggu-tunggu dalam perhelatan PDLH WALHI Bali adalah pemilihan Direktur Eksekutif dan Dewan Daerah WALHI Bali Periode 2008-2011. Setelah melalui kampanye, pemilihan dan penghitungan suara, maka terpilih Agung Wardana menjadi Direktur Eksekutif WALHI Bali 2008-2011. Dewan Daerah sendiri terpilih 5 orang, yakni: Ni Nyoman Sri Widhiyanti (Ketua DD), Giriyasa, Budi Wirayadya, Mieka Kurniayasa, Surya Putra. (adit)